Tabiat Permusuhan
Manusia, sejak awal
diciptakannya telah memunculkan rasa cemburu yang membakar pada hati Iblis.
Perasaan diri lebih baik telah menjadi pemantik dari permusuhan tersebut.
Alhasil permusuhan antara Iblis dan manusia menjadi abadi hingga kiamat nanti
tiba. Walaupun sejatinya Iblis pernah menghendaki bertaubat. Hanya saja
kesombongannya lebih dominan dibanding keinginannya untuk bertaubat.
Abu Bakar al Qurasyi dengan
sanad yang sampai kepada Ibnu Umar, berkata: “Iblis bertemu Musa lalu berkata:
“Wahai Musa, kamu telah dipilih Allah dengan risalah-Nya dan Dia telah
berbicara denganmu secara langsung sedangkan aku termasuk ciptaan Allah, aku
telah berdosa dan aku ingin bertaubat. Maka syafa’atilah aku di sisi Tuhanmu
yang Maha Mulia agar menerima taubatku.” Kemudian Musa berdo’a kepada Tuhannya
lalu dikatakan kepadanya: “Hai Musa, Aku telah memenuhi keperluanmu.” Kemudian
Musa bertemu Iblis dan berkata: “Aku diperintahkan untuk menyampaikan kepadamu agar
kamu bersujud kepada kubur Adam dan kamu akan diampuni.” Tetapi Iblis sombong
dan marah seraya berkata: “Saya tidak pernah sujud di masa hidupnya, apakah
saya akan sujud kepadanya setelah kematiannya?”
Penyebab tidak
mau sujudnya pun telah Allah abadikan dalam Al Qur’an:
“Dia (Allah berfirman):
“Wahai Iblis! Apa sebabnya kamu (tidak ikut) sujud bersama mereka?” Ia Iblis
berkata, “Aku sekali-kali tidak akan sujud kepada manusia yang Engkau telah
menciptakannya dari tanah liat kering dari lumpur hitam yang diberi bentuk.”
Dia (Allah) berfirman, “(Kalau begitu) keluarlah dari surga, karena sesungguhnya
kamu terkutuk. Dan sesungguhnya kutukan itu tetap menimpamu sampai hari kiamat.
Ia (Iblis ) berkata, “Ya Tuhanku, (kalau begitu) maka berilah penangguhan kepadaku
sampai hari manusia dibangkitkan.” Allah berfirman, “(Baiklah) maka sesungguhnya
kamu termasuk yang diberi penangguhan. Sampai hari yang telah ditentukan
(kiamat).” Ia (Iblis) berkata, “Tuhanku, oleh karena Engkau telah memutuskan
bahwa aku sesat, aku pasti akan jadikan (kejahatan) terasa indah bagi mereka di
bumi, dan aku akan menyesatkan mereka semuanya. Kecuali hamba-hamba-Mu yang
terpilih diantara mereka.” (Al Hijr: 32-40)
Begitulah Iblis.
Dendamnya demikian membara terhadap manusia. Layaklah jika Allah selalu
mengingatkan manusia agar jangan mengikuti langkah-langkah syetan. “Dan
janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syetan. Sesungguhnya ia adalah musuh
yang nyata bagimu.” (Al Baqoroh: 208)
Belajar dari Qobil
Qobil adalah anak laki-laki
Adam yang paling tua. Ia sangat bernafsu mendapatkan saudara kembarnya untuk
dinikahi, serta menolak untuk dinikahkan dengan saudara kembar adiknya,
walaupun itu adalah keputusan dari Allah. Ia telah dirasuki nafsu jahat
syaiton. Dengan congkaknya ia merasa
yang paling berhak terhadap saudara kembarnya tersebut walaupun harus menolak
perintah Allah.
Kesombongan dan
perasaan lebih berhak telah mengantarkannya melakukan protes terhadap keputusan
tersebut. Allah sebagai dzat yang Maha Bijaksana memberi kesempatan kepada
Qobil untuk membuktikan pada Allah, ayahnya, dan saudaranya bahwa memang ialah
yang berhak untuk mendapatkan Iqlima, saudara kembarnya.
Allah pun lewat
Adam memerintahkan kepada dua bersaudara Qobil dan Habil untuk mengorbankan
sesuatu yang dimilikinya untuk dikorbankan yang diniatkan kepada Allah. Qobil
yang pekerjaan sehari-hari sebagai petani segera pergi mengambil hasil panennya
untuk ia korbankan dan meletakkannya di atas bukit. Demikian juga Habil, ia
segera mengambil dombanya untuk dikorbankan kepada Allah.
Hanya saja Qobil
mengambil hasil panen yang terjelek di antara hasil panen yang dimilikinya
untuk dikorbankan. Ia mengorbankan buah-buah yang hampir membusuk atau kalau
tidak, buah yang sudah tidak ia butuhkan lagi. Sedangkan Habil memberikan domba
yang paling sehat, besar dan tidak
cacat.
Keduanya pun
menunggu keputusan dari Allah; yakni tersaputnya qurban mereka oleh awan
(mendung), yang mereka letakkan di atas bukit. Ternyata qurban yang diterima
adalah milik Habil.
Syaithon menjanjikan kefakiran dan rasa was-was
Contoh tentang
Qobil dan Habil memberikan gambaran yang jelas bahwa syaithon telah berhasil
menjanjikan (menakut-nakuti) kefakiran kepada Qobil, namun gagal terhadap
Habil. Syaithon juga berhasil menghembuskan kesombongan pada Qobil. Dalam
Qur’an Surat Al Baqoroh ayat 268 difirmankan: “Syaithon menjanjikan (menakut-nakuti)
kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat kejahatan (kikir); sedang
Allah menjanjikan untukmu ampunan
daripada-Nya dan karunia. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha
Mengetahui.”
Begitulah
syaithon ia tidak rela ada manusia yang berbuat baik, rajin beribadah, banyak
berinfaq, dll. Sehingga segala upayapun akan ia tempuh agar manusia tidak jadi
melakukan kebaikan tersebut. Bahkan sebaliknya syaithon menghiasi jalan maksiat
dengan sesuatu yang menyenangkan, mengasyikkan, yang dapat melalaikan manusia
untuk berbuat baik. Allah berfirman: “Yang membisikkan kejahatan ke dalam dada manusia.”
Syaithon mengajak kepada kesyirikan
Target utama syaithon adalah memalingkan manusia sejauh-jauhnya dari
Allah. Sedang keberpalingan manusia yang paling jauh adalah tatkala manusia
melakukan tindakan ksyirikan. Maka segala upaya akan ditempuh oleh syaithon dan
bala tentaranya agar manusia melakukan kesyirikan. Kalau toh tidak berhasil
menggoda manusia melakukan syirik besar, maka syirik kecilpun sudah cukup bagi
syaithon. Allah berfirman dalam surat Al baqoroh ayat 257: “Allah adalah pemimpin
bagi orang-orang yang beriman yang mengeluarkan mereka dari kegelapan kepada
cahaya. Dan orang-orang kafir wali mereka adalah thoghut (syaithon) yang
mengeluarkan mereka dari cayaha kepada kegelapan. Mereka itulah penghuni
neraka. Mereka kekal selama-lamanya.”
Jangan
buka pintu masuk sedikitpun
Semenjak masuk
Islam, Umar merupakan sosok sahabat yang tidak pernah membuka pintu hatinya
untuk dimasuki syaithon atau oleh nafsu jeleknya sendiri. Hasilnya kemewahan
dunia yang menjadi senjata syaithon mempengaruhi manusia ditolak mentah-mentah,
walau sebenarnya ia sanggup untuk menguasainya. Demikian juga syaithon, selaku
pembisik kejahatanpun patah arang menghadapi Umar. Rosul bersabda kepada Umar:
“Demi yang diriku berada di tangan-Nya, syetan tidak bertemu denganmu (Umar)
berjalan di suatu lembah kecuali dia minggir ke lembah yang lain (HR. Bukhori
dan Muslim)
Hadits ini menegaskan
keutamaan Umar sehingga syetan tidak punya jalan untuk mendekatinya. Dalam
hadits lain disebutkan: “Sesungguhnya syetan tidak bertemu Umar semenjak dia masuk
Islam kecuali langsung tersungkur.” (HR. Thobroni)
Keutamaan yang
dimiliki Umar tersebut tidak lain karena ia sangat tegas dalam memegang
prinsip-prinsip yang digariskan oleh Allah dalam Islam dan tidak pernah memberi
kesempatan terhadap bisikan-sisikan syetan masuk dalam relung hatinya.
Sedikit saja kita membuka pintu
masuk bagi syaithon maka kita akan kesulitan untuk menutupnya kembali.
Berlindunglah
kepada Allah
Berlindung kepada
Allah adalah satu-satunya alternatif bagi orang beriman agar dijauhkan dari
godaan syaithon. Tentu permohonan perlindungan tersebut dilakukan pada setiap
keadaan, aktifitas, dan kesempatan. Baik dalam keadaan terjaga maupun hendak tidur.
Dengan begitu Allah akan menjauhkan diri kita dari syaithon.
Diriwayatkan dari
Abu Hurairoh ra, ia berkata bahwa syetan pendamping orang mukmin bertemu syetan
pendamping orang kafir. Syetan pendamping orang kafir terlihat gemuk, licin dan
berlemak, sedangkan syetan pendamping orang mukmin kurus dan dekil. Syetan
pendamping orang kafir berkata kepada syetan pendamping orang mukmin: “Mengapa
kamu kurus?” Ia menjawab: “Aku bersama orang yang apabila makan dia menyebut nama
Allah sehingga aku tetap lapar, apabila minum dia menyebut nama Allah hingga
aku tetap haus, apabila memakai pakaian dia menyebut nama Allah sehingga aku tetap
telanjang dan apabila berminyak dia menyebut nama Allah hingga aku tetap kusut.
“Syetan pendamping orang kafir berkata: “Tetapi aku bersama orang yang tidak melakukan
hal tersebut sama sekali sehingga aku bisa ikut serta dalam makanan, minuman
dan pakaiannya.”
Maka dari itu
kita harus tetap waspada, dan jangan sekali-kali memberi kesempatan bagi syaithon
untuk menjadi sekutu kita. Jika itu terjadi maka kehancuran bagi kita di dunia
dan akhirat telah menanti. Allahu A’lam.
Posting Komentar