Home » » Hati - Hati Rayuan Iblis

Hati - Hati Rayuan Iblis

Written By BMH Situbondo on Senin, 21 April 2014 | 00.00


Tabiat Permusuhan
Manusia, sejak awal diciptakannya telah memunculkan rasa cemburu yang membakar pada hati Iblis. Perasaan diri lebih baik telah menjadi pemantik dari permusuhan tersebut. Alhasil permusuhan antara Iblis dan manusia menjadi abadi hingga kiamat nanti tiba. Walaupun sejatinya Iblis pernah menghendaki bertaubat. Hanya saja kesombongannya lebih dominan dibanding keinginannya untuk bertaubat.

Abu Bakar al Qurasyi dengan sanad yang sampai kepada Ibnu Umar, berkata: “Iblis bertemu Musa lalu berkata: “Wahai Musa, kamu telah dipilih Allah dengan risalah-Nya dan Dia telah berbicara denganmu secara langsung sedangkan aku termasuk ciptaan Allah, aku telah berdosa dan aku ingin bertaubat. Maka syafa’atilah aku di sisi Tuhanmu yang Maha Mulia agar menerima taubatku.” Kemudian Musa berdo’a kepada Tuhannya lalu dikatakan kepadanya: “Hai Musa, Aku telah memenuhi keperluanmu.” Kemudian Musa bertemu Iblis dan berkata: “Aku diperintahkan untuk menyampaikan kepadamu agar kamu bersujud kepada kubur Adam dan kamu akan diampuni.” Tetapi Iblis sombong dan marah seraya berkata: “Saya tidak pernah sujud di masa hidupnya, apakah saya akan sujud kepadanya setelah kematiannya?”
Penyebab tidak mau sujudnya pun telah Allah abadikan dalam Al Qur’an:

“Dia (Allah berfirman): “Wahai Iblis! Apa sebabnya kamu (tidak ikut) sujud bersama mereka?” Ia Iblis berkata, “Aku sekali-kali tidak akan sujud kepada manusia yang Engkau telah menciptakannya dari tanah liat kering dari lumpur hitam yang diberi bentuk.” Dia (Allah) berfirman, “(Kalau begitu) keluarlah dari surga, karena sesungguhnya kamu terkutuk. Dan sesungguhnya kutukan itu tetap menimpamu sampai hari kiamat. Ia (Iblis ) berkata, “Ya Tuhanku, (kalau begitu) maka berilah penangguhan kepadaku sampai hari manusia dibangkitkan.” Allah berfirman, “(Baiklah) maka sesungguhnya kamu termasuk yang diberi penangguhan. Sampai hari yang telah ditentukan (kiamat).” Ia (Iblis) berkata, “Tuhanku, oleh karena Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, aku pasti akan jadikan (kejahatan) terasa indah bagi mereka di bumi, dan aku akan menyesatkan mereka semuanya. Kecuali hamba-hamba-Mu yang terpilih diantara mereka.” (Al Hijr: 32-40)
Begitulah Iblis. Dendamnya demikian membara terhadap manusia. Layaklah jika Allah selalu mengingatkan manusia agar jangan mengikuti langkah-langkah syetan. “Dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syetan. Sesungguhnya ia adalah musuh yang nyata bagimu.” (Al Baqoroh: 208) 

Belajar dari Qobil

Qobil adalah anak laki-laki Adam yang paling tua. Ia sangat bernafsu mendapatkan saudara kembarnya untuk dinikahi, serta menolak untuk dinikahkan dengan saudara kembar adiknya, walaupun itu adalah keputusan dari Allah. Ia telah dirasuki nafsu jahat syaiton.  Dengan congkaknya ia merasa yang paling berhak terhadap saudara kembarnya tersebut walaupun harus menolak perintah Allah.

Kesombongan dan perasaan lebih berhak telah mengantarkannya melakukan protes terhadap keputusan tersebut. Allah sebagai dzat yang Maha Bijaksana memberi kesempatan kepada Qobil untuk membuktikan pada Allah, ayahnya, dan saudaranya bahwa memang ialah yang berhak untuk mendapatkan Iqlima, saudara kembarnya.

Allah pun lewat Adam memerintahkan kepada dua bersaudara Qobil dan Habil untuk mengorbankan sesuatu yang dimilikinya untuk dikorbankan yang diniatkan kepada Allah. Qobil yang pekerjaan sehari-hari sebagai petani segera pergi mengambil hasil panennya untuk ia korbankan dan meletakkannya di atas bukit. Demikian juga Habil, ia segera mengambil dombanya untuk dikorbankan kepada Allah.

Hanya saja Qobil mengambil hasil panen yang terjelek di antara hasil panen yang dimilikinya untuk dikorbankan. Ia mengorbankan buah-buah yang hampir membusuk atau kalau tidak, buah yang sudah tidak ia butuhkan lagi. Sedangkan Habil memberikan domba yang paling sehat,  besar dan tidak cacat.

Keduanya pun menunggu keputusan dari Allah; yakni tersaputnya qurban mereka oleh awan (mendung), yang mereka letakkan di atas bukit. Ternyata qurban yang diterima adalah milik Habil.

Syaithon menjanjikan kefakiran dan rasa was-was

Contoh tentang Qobil dan Habil memberikan gambaran yang jelas bahwa syaithon telah berhasil menjanjikan (menakut-nakuti) kefakiran kepada Qobil, namun gagal terhadap Habil. Syaithon juga berhasil menghembuskan kesombongan pada Qobil. Dalam Qur’an Surat Al Baqoroh ayat 268 difirmankan: “Syaithon menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat kejahatan (kikir); sedang Allah menjanjikan  untukmu ampunan daripada-Nya dan karunia. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.”

Begitulah syaithon ia tidak rela ada manusia yang berbuat baik, rajin beribadah, banyak berinfaq, dll. Sehingga segala upayapun akan ia tempuh agar manusia tidak jadi melakukan kebaikan tersebut. Bahkan sebaliknya syaithon menghiasi jalan maksiat dengan sesuatu yang menyenangkan, mengasyikkan, yang dapat melalaikan manusia untuk berbuat baik. Allah berfirman: “Yang membisikkan kejahatan  ke dalam dada manusia.”

 Syaithon mengajak kepada kesyirikan

Target utama syaithon adalah memalingkan manusia sejauh-jauhnya dari Allah. Sedang keberpalingan manusia yang paling jauh adalah tatkala manusia melakukan tindakan ksyirikan. Maka segala upaya akan ditempuh oleh syaithon dan bala tentaranya agar manusia melakukan kesyirikan. Kalau toh tidak berhasil menggoda manusia melakukan syirik besar, maka syirik kecilpun sudah cukup bagi syaithon. Allah berfirman dalam surat Al baqoroh ayat 257: “Allah adalah pemimpin bagi orang-orang yang beriman yang mengeluarkan mereka dari kegelapan kepada cahaya. Dan orang-orang kafir wali mereka adalah thoghut (syaithon) yang mengeluarkan mereka dari cayaha kepada kegelapan. Mereka itulah penghuni neraka. Mereka kekal selama-lamanya.”

Jangan buka pintu masuk sedikitpun
Semenjak masuk Islam, Umar merupakan sosok sahabat yang tidak pernah membuka pintu hatinya untuk dimasuki syaithon atau oleh nafsu jeleknya sendiri. Hasilnya kemewahan dunia yang menjadi senjata syaithon mempengaruhi manusia ditolak mentah-mentah, walau sebenarnya ia sanggup untuk menguasainya. Demikian juga syaithon, selaku pembisik kejahatanpun patah arang menghadapi Umar. Rosul bersabda kepada Umar: “Demi yang diriku berada di tangan-Nya, syetan tidak bertemu denganmu (Umar) berjalan di suatu lembah kecuali dia minggir ke lembah yang lain (HR. Bukhori dan Muslim)

Hadits ini menegaskan keutamaan Umar sehingga syetan tidak punya jalan untuk mendekatinya. Dalam hadits lain disebutkan: “Sesungguhnya syetan tidak bertemu Umar semenjak dia masuk Islam kecuali langsung tersungkur.” (HR. Thobroni)

Keutamaan yang dimiliki Umar tersebut tidak lain karena ia sangat tegas dalam memegang prinsip-prinsip yang digariskan oleh Allah dalam Islam dan tidak pernah memberi kesempatan terhadap bisikan-sisikan syetan masuk dalam relung hatinya.

Sedikit saja kita membuka pintu masuk bagi syaithon maka kita akan kesulitan untuk menutupnya kembali.

Berlindunglah kepada Allah
Berlindung kepada Allah adalah satu-satunya alternatif bagi orang beriman agar dijauhkan dari godaan syaithon. Tentu permohonan perlindungan tersebut dilakukan pada setiap keadaan, aktifitas, dan kesempatan. Baik dalam keadaan terjaga maupun hendak tidur. Dengan begitu Allah akan menjauhkan diri kita dari syaithon.

Diriwayatkan dari Abu Hurairoh ra, ia berkata bahwa syetan pendamping orang mukmin bertemu syetan pendamping orang kafir. Syetan pendamping orang kafir terlihat gemuk, licin dan berlemak, sedangkan syetan pendamping orang mukmin kurus dan dekil. Syetan pendamping orang kafir berkata kepada syetan pendamping orang mukmin: “Mengapa kamu kurus?” Ia menjawab: “Aku bersama orang yang apabila makan dia menyebut nama Allah sehingga aku tetap lapar, apabila minum dia menyebut nama Allah hingga aku tetap haus, apabila memakai pakaian dia menyebut nama Allah sehingga aku tetap telanjang dan apabila berminyak dia menyebut nama Allah hingga aku tetap kusut. “Syetan pendamping orang kafir berkata: “Tetapi aku bersama orang yang tidak melakukan hal tersebut sama sekali sehingga aku bisa ikut serta dalam makanan, minuman dan pakaiannya.”

Maka dari itu kita harus tetap waspada, dan jangan sekali-kali memberi kesempatan bagi syaithon untuk menjadi sekutu kita. Jika itu terjadi maka kehancuran bagi kita di dunia dan akhirat telah menanti. Allahu A’lam.
Share this article :

Posting Komentar

 
Support : BMH Situbondo | PD Hidayatullah Situbondo | LPI Al-Amin
Copyright © 2014. Baitul Maal Hidayatullah (BMH) Situbondo - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger