SUDAN.
Orang tua mana yang tak bangga melihat anaknya berprestasi di tingkat
internasional. Dan tentu lebih bahagianya lagi adalah dia berprestasi
dalam katagori penghafal Al-Qur’an terbaik.
Setidaknya rasa bangga itulah tepat dirasakan oleh Ustadz Zainuddin
Musaddad dan Sulmiyati Saleh, keduanya merupakan dai Hidayatullah yang
juga pengurus Pondok Pesantren Hidayatullah Balikpapan, Kalimantan
Timur, ketika putranya menyabet juara internasional katagori penghafal
Al-Qur’an terbaik.
Adalah Muhammad Baharun Musaddad, anak asuh BMH yang pernah menjadi
santri di Pesantren Hidayatullah Balikpapan itu, telah berhasil menyabet
juara kedua dalam perlombaan Al-Qur’an (musabaqah) yang diselenggarakan
oleh Munadzomah Riaayatul Tullab al-Wafidiin, sebuah organisasi yang
menaungi mahasiswa internasional di Sudan beberapa waktu lalu.
Musabaqah diikuti sekitar dua ratusan peserta dari 16 negara.
Muhammad Baharun Musaddad merupakan mahasiswa Indonesia pertama yang
berhasil lolos ke babak final dalam kategori hifdzil qur’an (hafalan
al-Qur’an) 30 juz beserta tafsir surat An Nur.
Atas prestasinya tersebut, santri murah senyum yang masih berstatus
sebagai mahasiswa Universitas International Afrika, Khartoum, Sudan, ini
berhak meraih tiket umrah gratis beserta uang tunai sebesar 10.000
Pound, bahkan dirinya juga berkesempatan mendapat beasiswa studi di
Universitas Al-Quran Alkarim.
Sementara itu, dalam kategori lain, anak asuh BMH bernama Heri Sholeh
juga mendapatkan prestasi yang juga sangat membanggakan. Pria asal
Palembang ini berhasil menjuarai musabaqoh 10 Juz hifdzil Quran.
“Sebelumnya saya belum memprediksikan akan meraih gelar juara dua di
perlombaan ini karena sebelumnya saya minder ketika melihat para peserta
banyak yang sudah menguasai qiroah saba’ah, tapi akhirnya Allah
memiliki perencanaan tersendiri,” ujar Harun sebagaimana dikutip dari
hidayatullah.com.
Harun dan Heri merupakan santri Hidayatullah yang mendapatkan
kesempatan belajar di Sudan, atas rekomendasi ormas Hidayatullah dengan
support dari Baitul Maal Hidayatullah. Bagi BMH, dai harus dipersiapkan
sejak masih muda. “Bila kita melihat santri-santri memiliki potensi
sebagai kader ulama masa depan, mengapa tidak BMH terlibat untuk
mempersiapkan generasi emas dimasa mendatang,” ujar Sofyan Amarta dari
divisi program pendayagunaan BMH Pusat.
Musabaqah yang dilaksanakan secara ketat ini memakan waktu lebih
sebulan ini ditutup April lalu, dan dihadiri sejumlah rektor rektor
sejumlah universitas di Sudan. Yang cukup menarik, dalam pembacaan
penutupan acara yang dibawakan Harun, banyak hadirin menitikkan air
mata.*(Abidurrahman – Tsauri)
Posting Komentar